Kamis, 01 Agustus 2013

Budidaya Kerang Hijau

Kerang hijau (Perna viridis) merupakan salah satu jenis kerang yang digemari masyarakat, memiliki nilai ekonomis dan kandungan gizi yang sangat baik untuk dikonsumsi, yaitu terdiri dari 40,8 % air, 21,9 % protein, 14,5 % lemak, 18,5 % karbohidrat dan 4,3 % abu sehingga menjadikan kerang hijau sebanding dengan daging sapi, telur maupun daging ayam, dari 100 gram daging kerang hijau ini mengandung 100 kalori.

BIOLOGI

Kerang hijau termasuk binatang lunak (Mollusca) yang hidup ditaut, bercangkang dua (bivalve) berwama hijau. Insangnya berlapis-lapis (Lamelii branchia) dan berkaki kapak (Pelecypoda) serta memiliki benang byssus. Kerang hijau adalah plankton feeder, dapat berpindah-pindah tempat dengan menggunakan kaki dan benang byssus, hidup baik pada perairan dengan kisaran kedalaman 1 – 7 meter dan memiliki toleransi terhadap perubahan salinitas antara 27-35 per mil.

Terdapat dalam jumlah yang berlimpah pada musimnya disepanjang pantai Indonesia yaitu pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli. Hidup di daerah pasang surut dan sub tidal, menempel kuat dan bergerombol pada benda-benda keras dengan menggunakan benang byssusnya.

REPRODUKSI


Hewan ini memiliki alat kelamin yang terpisah atau diocious, bersifat ovipora yaitu memiliki telur dan sperma yang berjumlah banyak dan mikroskopik. Induk kerang hijau yang telah matang kelamin mengeluarkan sperma dan sel telur kedalam air sehingga bercampur dan kemudian terjadi pembuahan, telur yang telah dibuahi tersebut setelah 24 jam kemudian menetas dan tumbuh berkembang menjadi larva kemudian menjadi spat yang masih bersifat planktonik hingga berumur 15-20 hari kemudian benih/ spat tersebut menempel pada substrat dan akan menjadi kerang hijau dewasa (Induk) setelah 5 – 6 bulan kemudian.

PERSYARATAN LOKASI

Lokasi yang menjadi kawasan pengembangan budidaya kerang hijau diharapkan memenuhi persyaratan :
Terlindung dari arus kencang. Terhindar dari fluktuasi kadar garam yang tinggi. Dasar perairan lumpur berpasir, dan jauh dari pengaruh sungai besar. Banyak terdapat benih kerang hijau, perairan subur (unsur hara dan zat makanan) Bebas dari Pencemaran Limbah Industri yaitu logam berat seperti Tembaga (Cu), Merkuri (Hg), Seng (Zn), Cadmium (Cd) dan Timah Hitam (Pb) serta air raksa (Hg) dan bebas dari pencemaran limbah rumah tangga seperti limbah organik yang dapat menyebabkan kritis oksigen terlarut dan mengandung banyak bakteri pathogen seperti Salmonella, Echericia coli, Clostridium dan Shigella, kerang hijau yang tercemar bahan pencemar diatas dapat membahayakan manusia yang mengkonsumsinya dan Perairan yang baik untuk lokasi budidaya adalah parameter: Suhu 27oC – 37oC, pH 6-8, Kecerahan 3,5-4m Kedalaman 5 -20 m.Salinitas 27-35ppt.
 
BENIH

Pengumpulan benih/spat dapat menggunakan tali kolektor yang terbuat dari serabut kelapa, tali polyethylene, tali pintalan ijuk. Tali kolektor digantungkan pada perairan yang banyak terdapat benih kerang hijau. Secara alamiah benih-benih (spat) menempel pada tali kolektor kemudian dipindahkan ke wadah pembudidayaan. Lokasi yang tidak terdapat benih kerang hijau dilakukan transplantasi benih yang diambil dari daerah lain.

METODE BUDIDAYA


Ada empat metoda budidaya kerang hijau yang telah dikenal masyarakat, yaitu Tancap, Rakit Tancap, Rakit Apung dan Longline/Rawai. Pada kesempatan ini akan dijelaskan metode rakit tancap. Metoda ini merupakan kombinasi antara metoda tancap dan rakit apung.
Bambu ditancapkan pada dasar perairan dengan kokoh. Penempatan rakit harus memperhitungkan tinggi rendah pasangsurutguna menghindari rakit dari kekeringan. Ukuran rakit tergantung kebiasaan lokasi, untuk 6 x 15 m, kebutuhan material (lihat analisa usaha). Tali kolektor (tali pembesaran) ditempatkan pada rakit tancap dengan jarak tiap tali lebih kurang 1 m. Produksi yang dapat diperoleh selama pembesaran 5 – 6 bulan untuk satu tali berkisar antara 20 – 25 kg, sehingga produksi total dalam 1 rakit tancap lebih kurang lebih 9.000 -10.000 kg.

PANEN DAN PASCA PANEN


Ukuran konsumsi kerang hijau pada umumnya adalah ukuran sedang atau ukuran tusuk sate yaitu 6 – 8 cm. Kerang hijau dapat dipanen setelah 5 – 6 bulan pemeliharaan. Kerang hijau yang bermutu baik adalah yang berdaging tebal dan berwarna krem. Pemanenan sebaiknya menggunakan pisau atau benda yang tajam untuk pengikisan kerang hijau sebab apabila pisau yang digunakan tumpul kerang hijau yang dipanen akan cepat mati karena luka pada benang byssus, sehingga akan berkurang nilai ekonomisnya.

Sanitasi

Dengan sifat kekerangan sebagai plankton feeder atau filter feeder cenderung menimbun semua unsur yang tersaring di dalam ususnya, sehingga bakteri dan mikro organisme lain yang terdapat dalam perairan sekitamya terkumpul sampai mencapai tingkat yang dapat menimbulkan gangguan bagi kesehatan konsumen.Kontaminasi dapat terjadi saat penanganan pasca panen.

Daging kerang yang terkena air kotor masuk melalui cangkang kerang yang terbuka. Air kotor yang berada di lokasi kerang akan masuk melalui cangkang kerang pada saat terbuka ke daging kerang sehingga dapat terkontaminasi. Oleh karena itu sanitasi terhadap kekerangan pada saat pasca panen harusdiperhatikan.
 
Depurasi

Depurasi adalah suatu proses penanganan pasca panen yang bertujuan untuk membersihkan kerang-kerangan dari bahan-bahan pencemar dan beracun yang terdapat di dalam daging dan cangkang kerang. Cara sederhana dengan merendam kerang didalam air bersih dalam kondisi terkontrol, atau dapat juga dengan cara mengalirkan air dengan kondisi kerang terendam didalam air.
 
Bentuk Produk Olahan Kerang

Penanganan skala kecil dapat dilakukan secara manual, sedangkan untuk skala besar diperlukan mekanisasi penanganan pasca panen seperti alat pengelompok, alat pembersih insang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar